21 Desember 2009
Aku dengar besok hari ibu ya?
Ibu dengar besok hari ini.
Aku dan Ibu tak pernah mau tahu lagi mendengar hari esok.
Pengirim: 085725669XXX
Monic, perempuan Tangerang bilang: "Aku gak dengar apa-apa i.."
Anjar, Sarjana Ekonomi asli Purwodadi itu telah lebih dulu mengucapkan hari ibu kepada ibunya kemarin (20/12).
Sedang si Warih, perempuan Manado terkejut dan merasa bersalah sebab ia mengirim pesan selamat hari ibu kepada mamanya tadi pagi-pagi sekali (21/12).
Atau si Wastu, lelaki yang sedang mencari ibu untuk anak-anaknya itu mencari kesempatan "Besok" untuk memastikan siapa pendampingnya.
Mala, perempuan asli Jakarta berlagak pilon dengan bertanya, "Maksudnya?". Kemudian menyadari ketololannya dan buru-buru meralat keterangannnya, "Aku baru mudeng mas, heheheh".
Si Ida, yang hampir memiliki mertua di Jatisari berlagak pandai dengan menyatakan, " Kata ibu, besok hari Selasa."
Mili, yang terlalu berhati-hati memilih untuk bertanya balik,"Lha kenapa gak mau denger hari esok?"
Nah, sampailah pada si Putty, perempuan Jayapura yang gagal (sebab dia berkulit putih), yang mulai kritis dan mengejutkan dengan meneror balik, " Maksud dan tujuanmu sms itu apa? Aku bertanya balik. Dan apakah makna hari ibu sebenarnya? Bukankah tanpa hari ibu pun kita seharusnya sayang. Dan tiap hari adalah hari ibu."
Kalimat ponsel gadis kecil yang gemar tersenyum itu menjawab mata yang berair di depanku. Haru. Mata yang ditopang bibir yang kerap nyanyi nina bobokan gusmel kecil di dingin daun cengkeh.
Ibuku kuhadiahi balasan sms kawan-kawanku ketika beliau bertanya: "Nak, kenapa kau tak pernah ucapkan selamat hari ibu kepadaku?"
--Sebuah ruang diskusi antara ibu dan anak yang mengantarkanku pada lelap.
Terimakasih kepada kawan-kawan yang telah membalas pesan ponselku itu.
.jpg)
