28 Apr 2010

8 Kebohongan Seorang Ibu

Catatan berikut ini saya ambil dari sebuah thread di Forum Terbesar di Indonesia. Entahlah, semacam ada dorongan unutk mengabadikan kedalam blog saya. Terimakasih buat idkaskus: gaspeb.

1. Cerita ini dimulai ketika aku masih kecil, saya terlahir sebagai anak lelaki dari sebuah keluarga miskin. Yang terkadang untuk makan pun kita sering kekurangan. Kapanpun ketika waktu makan, ibu selalu memberikan bagian nasi nya untuk saya. Ketika beliau mulai memindahkan isi mangkuknya ke mangkuk saya, dia selalu berkata "Makanlah nasi ini anak ku. Aku tidak lapar"

ini adalah kebohongan Ibu yang pertama.


2. Ketika aku mulai tumbuh dewasa, dengan tekun nya ibu menggunakan waktu luangnya untuk memancing di sungai dekat rumah kami, dia berharap jika dia mendapatkan ikan, dia dapat memberikan aku sedikit makanan yang bergizi untuk pertumbuhan ku. Setelah memancing, dia akan
memasak ikan tersebut menjadi sup ikan segar yang meningkatkan selera makan ku. Ketika aku memakan ikan tersebut, ibu akan duduk disebelah ku dan memakan daging sisa ikan tersebut, yang masih menempel pada tulang ikan yang telah aku makan. Hatiku tersentuh sewaktu melihat hal
tersebut, aku menggunakan sumpitku dan memberikan potongan ikan yang lain kepadanya. Tetapi dia langsung menolaknya dengan segera dan mengatakan " Makanlah ikan itu nak, aku tidak seberapa menyukai ikan"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke dua


3. Kemudian, ketika aku berada di bangku sekolah menengah, untuk membiayai pendidikan ku, ibu pergi ke sebuah badan ekonomi (KUD) dan membawa kerajinan dari korek api bekas. kerajinan tersebut menghasilkan sejumlah uang untuk menutupi kebutuhan kami. Ketika musim
semi datang, aku terbangun dari tidurku dan melihat ibuku yang masih terjaga, dan ditemani cahaya lilin kecil dan dengan ketekunan nya dia melanjutkan pekerjaan nya menyulam. Aku berkata "Ibu, tidurlah, sekarang sudah malam, besok pagi kamu masih harus pergi bekerja." Ibu
tersenyum dan berkata "Pergilah tidur, sayang. Aku tidak Lelah."

Itu adalah kebohongan ibu yang ke tiga


4. Pada saat Ujian akhir, ibu meminta izin dari tempat ia bekerja hanya untuk menemaniku. Pada saat siang hari dan matahari terasa sangat menyengat, dengan tabah dan sabar ibu menugguku dibawah terik sinar matahari untuk beberapa jam lamanya. Dan setelah bel berbunyi, yang menandakan waktu ujian telah berakhir, Ibu dengan segera menyambutku dan memberikan ku segelas teh yang telah beliau siapkan sebelumnya di botol dingin. kental nya teh terasa tidak sekental kasih sayang dari Ibu, yang terasa sangat kental. Melihat ibu menutup botol tersebut dengan rasa haus, langsung saya memberikan gelasku dan memintanya untuk minum juga. Ibu berkata "Minumlah, nak. Ibu tidak haus!"

Itu kebohongan ibu yang ke empat


5. Setelah kematian ayahku yang disebabkan oleh penyakit, Ibuku tersayang harus menjalankan peran nya sebagai orang tua tunggal. dengan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu, dia harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Hidup keluargaku menjadi semakin kompleks. Tak ada hari tanpa kesusahan. Melihat keadaan keluargaku pada saat itu yang semakin memburuk, ada seorang paman yang tinggal dekat rumahku datang untuk menolong kami, baik masalah yang besar dan masalah yang kecil. Tetangga kami yang lain yang tinggal
dekat dengan kita melihat kehidupan keluarga kami sangat tidak beruntung, Mereka sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang sangat keras kepala, tidak memperdulikan nasihat mereka, dia berkata 
"Saya tidak butuh cinta"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke lima


6. Setelah saya menyelesaikan pendidikanku dan mendapatkan sebuah pekerjaan. itu adalah waktu bagi ibuku untuk beristirahat. Tetapi dia tetap tidak mayu; dia sangat bersungguh-sungguh pergi ke pasar setiap pagi, hanya untuk menjual beberapa sayuran untuk memenuhi kebutuhan nya. Saya, yang bekerja di kota yang lain, sering mengirimkan beliau sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan nya, tetapi Beliau tetap keras kepala untuk tidak menerima uang tersebut. Beliau sering mengirim kembali uang tersebut kepadaku. Beliau berkata "Saya punya cukup uang"

itu adalah kebohongan ibu yang ke enam

7. Setelah lulus dari program sarjana, kemudian saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat Master, saya mengambil pendidikan tersebut, dibiayai oleh sebuah perusahaan melalui sebuah program beasiswa, dari sebuah Universitas terkenal di Amerika. Akhirnya saya bekerja pada
perusahaan tersebut. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya berniat untuk mengambil Ibu dan mengajak nya untuk tinggal di amerika. Tetapi Ibuku tersayang tidak mau merepotkan anak lelakinya, Beliau berkata kepadaku "Saya tidak terbiasa"

itu adalah kebohongan ibu yang ke tujuh

8. Sewaktu memasuki masa tua nya, ibu terkena kanker tenggorokan dan harus dirawat di rumah sakit. Saya yang terpisah sangat jauh dan terpisah oleh lautan, segera pulang ke rumah untuk mengunjungi ibuku tersayang. Beliau terbaring lemah ditempat tidurnya selepas selesai
menjalankan operasi. Ibu yang terlihat sangat tua, menatapku dengan tatapan rindu yang dalam. Beliau mencoba memberikan senyum diwajahnya. meskipun terlihat sangat menyayat dikarenakan penyakit yang dideritanya. Itu sangat terlihat jelas bagaimana penyakit tersebut
menghancurkan tubuh ibuku. dimana beliau sangat terlihat lemah dan kurus. Saya mulai mencucurkan airmata di pipi dan menangis. Hatiku sangat terluka, teramat sangat terluka, melihat ibuku dengan keadaan yang demikian. Tetapi ibu, dengan segala kekuatannya, berkata "jangan menangis, anakku sayang, Ibu tidak sakit"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke delapan

setelah megatakan kedelapan kebohongan nya, Ibuku tersayang menutup matanya untuk selamanya!...

BackSong: "Bunda"








26 Apr 2010

Rehat Sejenak Untuk Pentas Selanjutnya

Pentas Produksi #7 Teater Nglilir SMA N 1 Karanganyar , Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan, sementara diakhiri dulu. Beberapa komentar dan kritikan telah masuk. Dengan senang hati kami terima. Naskah ini akan maju untuk Festival Teater SMA yang diadakan Teater Gidag-Gidig besok hari minggu tanggal 2 Mei 2010 pukul 19.00. Wow! bertepatan dengan ulang tahun teater Nglilir. Semoga ini membawa berkah. Tapi bagaimanapun juga, kami tetap memegang prinsip PROSES ITU LEBIH PENTING DAN PENTAS HANYA SEBUAH HADIAH!

Dari pentas kemarin masih banyak yang harus dibenahi. Dari segi manapun pentas kemarin belum membawa kata puas buat saya selaku sutradara. Ini tantangan. Latihan musti segera digelar. Pembenahan-pembenahan teknis dan non teknis segera di realisasi. Konsep dimatangkan lagi. Alur diperjelas. bla..bla..bla..

Sayang, untung ada kamu dan beberapa batang tembakau yang menghangatkan malamku. Dari pada bebatu jalanan kena sasaran kan? terimakasih sayang untuk malam itu.


Foto-foto yang lain dapat anda temukan di blog teater Nglilir di SINI


17 Apr 2010

Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan


Teater Nglilir SMA N 1 Karanganyar akan menggelar pentas produksi #7 dengan mengangkat naskah yang berjudul Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan.

Naskah Teater ini didapatkan dari Bandar Naskah yang merupakan saduran bebas dari sebuah cerita rakyat Firenze. Berdasarkan karya Nicolo Machiavelli yang kemudian disadur ke dalam drama sebebas-bebasnya oleh T. Arief. Pada pementasan kali ini bertindak sebagai sutradara adalah Gusmel Riyadh.

Adapun pentas Teater Ngilir ini akan digelar besok pada:
24 April 2010 
19.00 WIB 
Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah 
Jalan Ir. Sutami 57 Surakarta
htm: Rp 5000


Sinopsis dan daftar para pendukung pentas teater Ketika Iblis Menikahi Seorang Perempuan bisa anda lihat di link blog Teater Nglilir


15 Apr 2010

Perempuan dan Lelaki yang Sedang Tak Ingin Berpikir

Di suatu malam yang pekat dan busuk, saya mendapatkan mandat dari sebuah hati untuk mencatat percakapan dua manusia yang beranjak konyol.

Perempuan:
Tulislah sesuatu untukku atau tentang aku, sesuatu yang bisa membuatku marah atau tersenyum. Apapun  dimohon dengan sangat.

Lelaki:
Tulis dimana?

Perempuan:
Sms, yang bisa kubaca sekarang.

Lelaki:
Kamu itu orang plin-plan yang tak punya mimpi. Untung kamu cewek, kalo cowok sudah aku bilang cowok tolol.

Perempuan:
Bagus, thx. ;)
.
Perempuan:
Kenapa aku tak peduli?aku seprti kehilangan otakku.aku tak nmemikirkan apa pun belakangan ini.

Lelaki: 
Bersyukurlah, aku masih berusaha untuk tidak berpikir.

Perempuan:
Aku berpikir kenapa tak memikirkan apapun. Betapa bodohnya aku.

Lelaki: 
Iya, untuk hal bodoh pun kau masih berpikir.

Lelaki: 
Kenapa diam? Berpikir?

Perempuan:
Thanks atas waktunya. -pengen nangis atau tertawa tapi tak ada alasan untuk itu- aku mati rasa untuk sementara waktu.

Lelaki: 
Menangis lebih mudah. Coba bayangkan aku menikah dengan perempuan selain kamu.

Perempuan:
Justru aku bersyukur atas itu. :b

Lelaki: 
Sudah bisa tertawa sekarang?

Perempuan:
Tersenyum saja tak berarti apa-apa. Sepertinya memang aku harus menerima keadaan ini. Memang semua hal akan ada kalanya buat mati. Aku lagi mencoba belajar buat ujian besok. Akan lebih baik kalau dilanjutkan.

Lelaki: 
Ah, berpikir lagi. Sekali-kali buat ujian yang memikirkanmu.

Perempuan:
Dari ujian hari pertama ujian, aku berusaha keras untuk memikirkannya dan mengingat sedikit teantang yang pernah aku pelajari. Tapi nihil! Tak sedikitpun nempel di otakku. Kosong! hin*sebagian teks hilang*

Lelaki: 
Smsmu nggak lengkap.

Perempuan:
Mungkin mampir separo.


Lelaki: 
Hanya sampai "kosong!". bBsakah kau melanjutkan?

Perempuan:
Yang mana? Ilang je!

Lelaki: 
Sudahlah, lupakan. Jangan dipikirkan.

Perempuan:
Seandainya kuppkirkan :)
Ah, sepertinya sudah saja, selamat menikmati malammu. Jangan kau sia-siakan waktumu.

Lelaki: 
Aku tahu apa yang harus kulakukan. Tapi tetap terimakasih.

Perempuan: 
Thx bgt yak? ;)

Lelaki: 
Apa kamu sedang merayuku?

Perempuan:
Sedikit ;)

Lelaki: 
Terimakasih kau mengakuinya.

Perempuan:
? kenapa begitu? Karena kau terayukah?

Lelaki: 
Sedikit.

Perempuan:
Terimakasih kau mengakuinya.

Lelaki: 
Perbincangan malam yang membosankan. Kembalilah belajar.

Perempuan: 
Sudah kubilang! Sudah saja. Nikmati malammu! :b c u nxt time.. thx 4 evrthing..

Lelaki: 
Iya aku tahu apa yang harus kulakukan malam ini. Kembalilah belajar. Tak usah dipikirkan.



Beberapa menit kemudian, pesan yang terputus tadi akhirnya masuk. Begini bunyinya: 
Dari ujian hari pertama ujian, aku berusaha keras untuk memikirkannya dan mengingat sedikit teantang yang pernah aku pelajari. Tapi nihil! Tak sedikitpun nempel di otakku. Kosong! Hingga sekarang. Tak ada satu hal yang nempel di otakku. Aku seperti vampir! Benar-benar tak ada yang terlintas di otakku. Justru aku khawatir dengan keadaan ini!


Percakapan kami ini mungkin tidak penting untuk anda. Tapi akan menjadi penting ketika anda sms-an dengan saya. hehehehe...


15 April 2010

Numpang ucapan yang tak terkait dengan cerita ini: Selamat Ulang Tahun untuk Damar Tri A.

gambar dari sini


11 Apr 2010

Alvian Dwi Andryanto

Masih ingat tentang resolusi saya di tahun 2010? Inilah orang kedua yang akan saya tulis. Dan tentunya saya telah mendapatkan ijin untuk menulis tentang dia. Mari kita simak saja.

Adalah Alvian, Alvi, Vian, Alvian Dwi Andryanto. Saya masih ingat betul ketika pertama kali bertemu dia. Di depan Gedung D3 FE UNS, dia ikut casting salah satu pentas Teater Gadhang, judulnya Egon. Tapi naskah tersebut gagal pentas.

Alvian, ketika itu dia sangat buruk sekali melafalkan dialog-dialog dalam naskah. Dia sangat polos waktu itu. Di awal masuk Gadhang, Alvian sering kena keusilan Trio Gemes (Gembul Melon Site). Jadi bahan ledekan karena (entah karena apa) dia begitu penurut.

Alvian cepat dewasa di Gadhang, kepolosoan itu hanya sementara. Dia cerdik dan bertekad kuat. Ia sudah berani mebuat naskah sendiri untuk monolognya sendiri. Saya menontonnya waktu itu. Ada semacam energi besar yang saya tangkap dari kegigihannya. Kemudian saya memutuskan untuk memberi perhatian khusus padanya. Beberapa kali saya ajak main dalam naskah yang saya garap, jadi tokoh sentral. Saya berharap, dia menjadi sutradara yang baik. Berkali-kali saya bilang padanya, tontonlah pertunjukan. Saya tak dapat menularkan ilmu banyak. Sebab memang saya tak punya ilmu yang banyak. Hanya menonton teaterlah pilihan satu-satunya untuk bahan pembelajaran.

Tapi tampaknya, rencana saya agar Alvian dapat menjadi Gadhang yang baik tak berjalan sesuai yang diharapkan. Kriteria baik di sini menurut saya adalah tidak begitu saja meninggalkan Gadhang setelah lulus kuliah. Menyempatkan diri untuk menularkan ilmunya ke adik-adik Gadhang. Namun, Alvian mungkin akan memilih seperti kakak-kakak Gadhang yang lain (kecuali Mas Sugenk, Mas Bujang, dan Mas Dolly), lulus dan menghilang.

Memang benar, lulus dan bekerja untuk hidupnya sendiri itu sama sekali bukan suatu pilihan yang salah dan buruk. Sebuah kewajiban untuk menjadi anak yang baik bagi orang tuanya mungkin. Namun, bukan Gadhang yang baik. Hanya sebuah sebutan: bukan Gadhang yang baik.

ROSYID (kiri) dan ALVIAN (kanan)
Ketika dia saya lihat telah menemukan suatu pilihan, maka Alvian begitu berbeda. Kini dia sangat profesional. Tentu ini akan berpengaruh pada rasa sosial dia. Alvian sang manusia modern. Mungkin sebutan itu cocok dari pada saya harus menyebut Alvian sebagai manusia yang termakan modernitas. Kini Alvian menjalani hidup sebagai manusia yang lumrah pada saat sekarang ini, yaitu manusia yang bekerja untuk uang, bukan uang yang bekerja untuknya. Ini sah dan boleh, bukan hal yang buruk. Hanya eman-eman saja seorang Alvian harus memilih demikian.

Alvian yang baik hati dan pengertian dulu kini menjadi Alvian yang "baik,tapi..." dan "pengertian, karena.."
Ah, perubahan memang menjadi hal yang lumrah. Seperti saya selalu bilang, HIDUP ITU IMPROVISASI.

Saya hanya berharap, kelak Alvian bisa menjadi manusia yang tak bekerja untuk uang, tapi sebaliknya. Saya yakin dia mampu dan layak. Untuk itu, dalam catatan ini, agar bisa menandai sejauh mana improvisasinya nanti, maka saya mengunci beberapa perbincangan saya dan dia pada suatu malam. Suatu saat, ketika dia mencapai atau tidak mencapai impian-impiannya itu dalam proses improvisasi, dia akan membaca perbincangan ini lagi.

Gusmel (G) dan Alvian (A)

(G) : Alvian apakah km sedang punya sedikit waktu untuk ngobrol-ngobrol melalui sms?
(A) : Ada apa mas? Tapi balasku agak lama gimana? Soanya aku lagi nyinom, hehehe...

(G) : Tak apa, aku akan bersabar. Sekarang sedang sibuk apa selain nyinom?
(A) : Menunggu pendadaran dan seperi biasa mengantarkan rombongan tour.

(G) : Rencana setelah lulus?
(A) : Bekerja mencari modal dulu untuk mempekerjakan SDM yang ada di Indonesia.

(G) : Wow, kau bersemangat sekali ya?
(A) : Haruslah mas, walaupun terkadang mblendek. Toh semua butuh proses yang tidak mudah.


(G) : Adakah sesuatu yang sempat mengganggumu ketika akan mencapai keinginanmu itu?
(A) : Untuk sekarang belum ngerti mas, kan belum pendadaran. Jadi nunggu ujian dulu dan lulus. Pembagian waktu mungkin.

(G) : Bukankah kamu orang yang taat jadwal? Seharusnya untuk orang sepertimu, waktu tak jadi soal besar.
(A) : Bukan ‘masalah’ tepatnya mas, tapi pembagiannya. Contohnya, Rabu (7/4) kemarin aku ke Bali baru balik Solo tadi pagi (11/4). Padahal Jum’at (9/4) Rosyid (sahabat dekat Alvian-gus) maju pendadaran dan Sabtu (10/4) ada rapat Peksiminas. Aku nggak bisa datang padahal aku panitia.
Nah, gambarannya begitu mas. Membagi waktu dimana semua aktifitas menjadi penting. Terkadang aku bingung, tubuh dan otak kan hanya satu. Hehehe....

(G) : Aku juga sering mengalami hal itu. Tapi setidaknya kamu lebih beruntung, waktumu kau bagi untuk hal-hal penting. Sedangkan aku terkadang harus membagi waktu untuk hal-hal yang tidak penting (menurutku). Lalu gimana mengatasi masalahmu itu?
(A) : Menurutku sekarang dilihat dulu dari besar tanggung jawabnya mas. Kalau soal rapat kemarin, Alhamdulillah tugasku sudah kelar, jadi tinggal laporan lewat sms. Pendadarannya Rosyid, aku wakilkan cewekku yang datang walaupun nggak enak sama Rosyid.

(G) : Sederhana ya? Lalu bagaimana dengan soal percintaan? Apa sempat menjadi hal yang mengganggu?
(A) : Berhubung cewekku sekarang mengerti keadaanku, jadi nggak begitu bermasalah buatku. Tapi ngak tahu biuat dia, apakah bosan sama aku gara-gara sering kutinggal atau gimana, tanya ke Ihda langsung aja mas, hehehe...

(G) : Aku belum ingin menulis tentang Ihda, ini tentang kamu. Apa semangat hidupmu juga dipengaruhi oleh cinta? Jika iya, seberapa besar?
(A) : Pastinya dong. Cinta kalau dipersenkan sekitar 10% lah, dari keluarga, sahabat, temen, dan semuanya lah. Kalau dibagi kan sedikit-sedikit mas, hehe...

(G) : Dengan adanya masalah pembagian waktu tadi, apa yang akan kamu lakukan untuk mencapai cita-citamu di awal perbincangan tadi?
(A) : Secepatnya menyelesaikan kuliah, sekarang masih menunggu jadwal pendadaran keluar. Setelah lulus baru mencari pekerjaan. Amin.

(G) : Anggap saja kamu lulus (dan pasti lulus dong). Lalu apa masih ada maslah dengan pembagian waktu?
(A) : Mungkin kalau sudah kerja, nggak mau Cuma 1 kerjaan saja. Aku tetap mencari kerjaan atau melanjutkan kerjaan sampinganku menjadi tour leader. Jadi kelak, mungkin waktu lagi permasalahan.


(G) : Nggak takut jadi workaholic?
(A) : Maksudnya pekerja keras mas? Nggak masalah buatku. Toh sebagai lelaki, kelak aku akan menjadi pemimpin keluarga dan membahagiakan mereka. Jadi bekerja dulu sampai badan benar-benar nggak kuat, baru menikmati hasilnya.

(G) : Beda kali. Workaholic itu gila kerja, bisa lupa bahwa tubuh pun butuh refreshing.
(A) : Oh, kalau itu Insya Allah tidak mas. Apa gunane kerja kalau hasile Cuma ditumpuk? Kapan menikmatinya? Refreshing tetap harus lah. Toh masih ada keluarga (teater) Gadhang juga to? Hehe...


(G) : Ada mimpi besar?
(A) : Ada mas, tapi jangan diketawain ya? Aku pengen punya biro travel sendiri. Terus punya bus sendiri, umum dan pariwisata, dan terakhir punya perusahaan forrwarding dengan cabang di Asia. Hahaha, apik toh?

(G) : Sip. Ada kalimat penutup untuk mengakhiri obrolan kita malam ini?
(A) : Terimakasih buat sutradara, aktor, penulis, guruku teater yang bersedia menulis tentangku walaupun aku belum menjadi apa-apa, hehehe...

(G) : Ah, kalimat penutup yang buruk, tapi tetap terimakasih. Selamat malam.

Nb dari Alvian: semua kritikan tetap saya terima, mas. Jadi kalau ditanya orang-orang seperti kamu, jawabannya akan kuubah, hehehe...
Alvian tak perlu aku menjadi Alvian yang dulu. Berimprovisasilah.

Alamat Facebook Alvian di Sini

12 April 2010



Selamat Ulang Tahun Cinta

Selamat ulang tahun cinta, 
Tak ada puisi atau kue ulang tahun, tak ada kejutan dan video komentar teman-teman.
Tak ada boneka dan beberapa cerita. Tak ada tangis air mata bahagia. Tak ada aku.

Sebab mungkin kini sudah ada yang mekakukan itu untukmu.

Selamat ulang tahun cinta, semoga selamat selamanya.


10 April 2010

back song:


Dari Hati

by: Club Eighties

Andai enkau tahu
Bila menjadi aku, sejuta rasa dihati
Lama tlah kupendam,
Tapi akan kucoba mengatakan

Chorus:
Ku ingin kau menjadi milikku
Entah bagaimana caranya
Lihatlah mataku untuk memintamu
Ku ingin jalani bersamamu
Coba dengan sepenuh hati
Ku ingin jujur apa adanya
Dari hati

Kini engkau tahu aku menginginkanmu
Tapi takkan kupaksakan
Dan kupastikan
Kau belahan hati
Bila milikku.. oooo

Chorus

Menarilah bersamaku
Dengan bintang-bintang
Sambutlah diriku
Untuk memelukmu

Bilqis Meninggal

Masih ingat tentang cerita Koin Cinta Bilqis? Cerita tentang Bilqis Anindya Passa (19 bulan), pengidap atresia bilier. Caranya mencari dukungan serupa dengan Koin Prita, tapi tampakya Tuhan harus memberi nasib yang berbeda. Cerita Bilqis harus berahkhir dengan sad ending, bayi mungil itu akhirnya meninggal pada hari sabtu tanggal 10 April 2010, sekitar pukul 15.15.



Bilqis meninggal karena terserang kuman paru dan darah. Menurut tim cangkok hati RSUP Dr Kariadi, Semarang, Bilqis terserang kuman seratia marcesens yang menyerang darah dan acenobacter bouwmani yang menyerang paru-paru. Kedua kuman ini menyebabkan Bilqis semakin sulit bernapas. Daya tahan tubuh dan berat badan Bilqis juga terus menurun.
  
Perkiraan saya tentang Bilqis yang dewasa dan tidak mengecewakan orang tuanya ternyata luput 100%. Saya hanya bisa berdoa, agar Bilqis mendapat tempat yang seharusnya. 

Kematian memang hal yang biasa, tetapi akan menjadi hal yang luar biasa bagi orang-orang terdekatnya.
Meninggalnya Bilqis akan selalu teringat dan terhitung, sebab bertepatan dengan ulang tahun sebuah cinta.
















gambar di ambil dari sini

1 Apr 2010

Tuhan Bukan Pengecer Pahala

Imaginasi saya saai ini adalah ketika mendapati seseorang -entah itu perempuan atau lelaki- yang beribadah untuk mendapat ‘imbalan’. Imbalan di sini dapat bermacam-macam, semisal pujian. Pernah kita beribadah karena pasangan sedang bersama kita?

Imbalan lain yang lebih sensitif dan lebih dalam adalah pahala. Ya, pahala. Dimana letak keiklhasan kita jika untuk beribadah saja kita musti diming-imingi dengan pahala atau surga? Bukankah kita beribadah karena memang kita harus beribadah? Jika beribadah dengan orentasi pahala lalu dimana Tuhan? Apakah Tuhan itu pengecer pahala? Apakah Tuhan yang butuh ibadah kita hingga harus member iming-iming surga? Sungguh kapitalis sekali Tuhan itu jika memang demikian.

Analogi sederhananya begini, ketika kita akan menghadapi ujian (pada mata kuliah yang bukan matematis) , tugas utama kita apa? Saya pikir jawabannya adalah hanya sampai pada mengerjakan sendiri soal tersebut dengan benar . Maka jelas, untuk mencapai hal itu kita harus belajar. Belajar dengan niat agar dapat mengerjakan soal. Jika orientasi kita pada nilai maka akan beda apa yang terjadi. Nilai ujian kuliah itu sepenuhnya ditangan pemberi nilai. Bahkan mengerjakan soal sendiri yang menurut kita sudah benar pun seringkali tak mendapat nilai bagus.

Maka, sebaiknya orientasi kita tak perlu berlebihan. Kita tak usah memikirkan nilai. Nilai itu urusan pemberi nilai. Yang penting kita sudah belajar dan mengerjakan sesuai yang kita pelajari itu sudah cukup. Dan bukankah seharusnya kita akan mendapat nilai baik jika kita telah mengerjakan dengan benar? Kalaupun masih salah, itu berarti letak kesalahan ada pada si pemberi nilai. Di sinilah letak keikhlasan belajar.
Begitu juga dalam beribadah. Kita cukup mengerjakan tugas ibadah dengan baik sesuai yang kita yakini. Tak perlu memikirkan pahala, surga, apalagi pujian. Dan sudah seharusnya jika kita telah mengerjakan ibadah dengan baik akan mendapat kebaikan pula. Yang perlu diingat adalah: TUHAN TAK PERNAH SALAH DALAM MEMBERI NILAI. Semoga mencapai keiklhasan yang sempurna. Mungkin.


gambar dari sini

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More