27 Apr 2011

Malam Ini Ngopi Bersama Kipli

What? Kipli di Rembang? Ngapain?

itu pertanyaan pertama ketika dapet sms dari Kipli. Ya, namanya Kipli, bukan KPLI (komunitas pecinta linux indonesia). Ini benar-benar Kipli.

"Pokoknya aku akan lama di sini, ntar aku ceritain," katanya ketika kutanya dalam rangka apa. Dan malam ini akhirnya kami bertemu. Saya ajak "ngopi lelet" khas Rembang, dan ia cepat mahir betul caranya "nglelet".

Kipli, adalah teman saya di Kelompok Bandul Nusantara. Kenapa saya menulisnya tentu ada maksudnya. (bersambung)

17 Apr 2011

menontonmu mati

Jadi berkali-kali orang kasih caci kasih maki, cuma lantaran perkara tipi.
8 jam sejak pagi saya memang duduk rapi di depan tipi. lengkap dengan dua piring mendoan tepung kentaki.
setiap yang wira wiri slalu tanya, lagi ngapa si?
terang saya jawab, nonton tipi.
kok tipinya mati? tanyanya lagi.
saya jawab lagi, saya kan bilang nonton tipi, bukan nonton acara tipi! bisa bedakan nggak si?!!
ambil nafas lalu mereka pergi.


10 Apr 2011

Apakah masih boleh aku memanggilmu cinta?

Catatan ini sekaligus hendak memberitahukan kepadamu bahwa aku masih hidup di sebuah tepian senja yang selalu sendu seperti biasa kau tahu itu. Selalu di sebuah pijakan usiamu dari waktu ke waktu. Dan ini tepat kedua puluh kalinya kau berpijak. Dua kali jumlah angka yang sama-sama kita suka.

Apakah masih boleh aku memanggilmu cinta? Begitu pertanyaanku setiap waktu kepadamu. Lalu segera sebelum kau jawab, aku akan lebih dulu menjawabkan jawabanku untukmu, “Tidak!”.
Ya, aku memang selalu tahu atau lebih tepatnya untuk memaksa tahu apa yang melingkar di otakmu itu. Sebab tentu sudah terlalu lama memang otak kita menyatu disamping nafas-nafas kita yang sering terlebih dulu menyatu.
Dan kau tentu akan sangat setuju kalau kau tak lagi mau dipanggil cinta bukan? Katakan saja iya atau kekasihmu itu akan melemparmu ke ujung penantian dan pencarian lagi. Kau dan kehidupanmu sekarang tentu menjadi bukti akurat bahwa jarak kita jauh dari kata lekat. Bahkan semenjak kau memutuskan untuk hengkang dari rumahku di jeraring pertemanan yang labil itu, aku terlanjur mengimaninya menjadi semacam genderang perang.

Tapi bukankah ada baiknya kita mengingat-ingat beberapa peristiwa lucu saat usia kita masih begitu unyu-unyu. Sewaktu kau dan aku selalu mencuri waktu dari guru dan bergegas sembunyi dibalik pintu. Di situ kita saling menceritakan tentang teman kita yang lupa memakai celana, atau teman kita yang lain yang sering kehilangan celana.

Sampai pada suatu ketika aku bilang padamu dengan kalimat yang paling standar sedunia, “Aku yakin kau akan mendapatkan yang lebih baik daripada aku.”
Lalu kau selalu menjawab dengan kalimat yang tak kalah wagu, “Emang ada yang lebih baik?” sambil mendekapkan erat tanganku ke tanganmu.
Maka aku akan menjawab lagi seperti ini, “Emm, yang lebih baik... yang lebih baik... kalau yang lebih mahal banyak!”
Begitu candaku yang selalu wagu, tapi tawa kita pun akan tetap tergelak, memecah rintikan hujan yang kabur dari awan.

Namun percayalah, meski kini kita telah nafas-nafas kita telah menjadi persenyawaan yang lain, kau dan begitu juga aku akan tetap menjadi masa lalu yang paling wagu sekaligus indah. Hehehe

So, jaga nafas kita masing-masing. Cintailah itu meski kau merasa tak ada yang paling wagu daripada aku.

10 April 2011





5 Apr 2011

Kau tak akan sempat untuk cengeng saat kau sendirian!

Saya akan bertanya beberapa hal sebelum akhirnya saya akan mengatakan (sekaligus menyatakan) bahwa rasa cengeng seseorang itu muncul ketika ada seseorang yang lainnya.

Kau tak akan pernah sempat berpikir untuk cengeng kecuali kau memilih untuk mati ketika di sebuah jalan tengah hutan, misal saja jalur alternatif Kedungombo yang jalannya pecah-pecah dan licin, kau terjatuh dari motormu, terseret kurang lebih 5 meter dari motor dengan keadaan (yang dipaksa untuk) 100% sadar.

Jarak antara tempat itu ke rumahmu kurang lebih 60km dan jarak ke tempat tujuanmu adalah 120 km. Masihkah kau akan menelpon keluargamu dan meminta mereka atau salah satu darinya untuk mendatangimu sementara kau ingin menikmati rasa syok yang indah ini?

Sambil menikmati rasa syokmu, mungkin kau akan berharap segera ada kendaraan atau setidaknya orang yang lewat menolongmu.

Satu menit lewat.

Dua menit lewat.

Lima menit lewat. Hey! Kau harus segera sadar bahwa kau tak punya waktu banyak untuk menikmati rasa syokmu ketika kau dapati tubuhmu penuh rasa nyeri dan aliran darah. Jempol kaki kiri yang ditinggal sepatu melambai-lambai dari kaos kaki yang tiba-tiba bolong dan darahnya hendak berkata, "Hey, bangun Guys, kau terluka!" Lalu apa kabar dengan kedua siku, kedua lutut yang tampak jelas nongol dari celana panjangmu yang juga tiba-tiba robek dari bawah lutut hingga hampir pangkal paha. Masihkah kau akan berpikir untuk cengeng, dan mengharap belas kasihan orang lain?

Ok, kemudian kau putuskan untuk berdiri dan mulai mengabaikan harapan orang lewat. Kau mencari sepatumu, barangkali mental hingga semak hutan. Tak ada. Dan tak boleh menyesalinya. Dan maka kau pun akan menuju motormu yang terkapar di sana. Kaki kiri masih terseret, karena mungkin jempol kaki mulai merengek-rengek minta diobati.

Kau berdirikan sendiri motormu lalu menuntunnya ke pinggir. Kau elus-elus mika lampu depan yang hancur, dua kaca spion yang patah total dan tiba-tiba kau ingat ini akan menjadi ke-empat kalinya kau mengganti kaca spion. Shit! ... antara mengumpat dan taubat. Dan kini kau mulai sadar, cengeng sudah tak perlu.

Sedang asyik meraba motormu, datang dua orang dari arah berlawanan. Berhenti tepat di depan.
"Jatuh sendiri apa ditabrak?"
"Sendiri," 
"Gimana, butuh bantuan?"
"Baik-baik saja kok, ndak apa-apa," katamu sambil sengaja melirik siku kirimu yang menonjol lantaran jaketmu juga bolong. Dan sejujurnya kau sedang berharap orang-orang itu akan menolongmu setidak-tidaknya membawamu keluar dari hutan itu.
"Ok, jalan pelan-pelan ya? Sudah banyak korban. Di depan ada warung, barangkali jual betadine," 
"Iya, makasih ya?" katamu diikuti senyum palsumu.
Kemudian kau ambill pecahan kaca spion, kau lihat wajahmu di situ, dan dalam hati berteriak,
"Hellloooooooo!!!! kau terlalu cool men! Sok keren banget sih Loe?? Ente itu kesakitan!!! Goblok banget pake basa-basi!! Seharusnya kau bilang kau kesakitan!! Sialan!!"

Tapi sudah terlambat. Kau akan mati jika kau tak berhenti menyesali kebodohanmu. Darah terus melambai-lambai. Nyeri semakin menghantam. Dan sekali lagi apa kau akan memilih jadi cengeng?

Kaos kaki cukup membantu menghentikan darahmu. Dan sekarang kau harus cari Puskesmas. Rumah sakit jelas jauh berada di kota. Ok, berani terima tantangannya? Kau harus menempuh kurang lebih 3 Km meter untuk keluar dari hutan dan selanjutnya mencari Puskesmas dengan motormu yang tak bisa berjalan sempurna itu sembari menikmati rasa perih di antara darah yang terus menetes, melewati jalan pecah dan berlubang,  atau sekali lagi kau akan mati konyol kehabisan darah. Shit! .. antara mengumpat dan bertaubat.

Finally, kau temukan puskesmas itu. Kau bisa bernafas sejenak. Tapi kau harus berjuang untuk mencari sendirian ruang UGD yang sangat tidak strategis tempatnya. Ingat Bro, ini Puskesmas terpencil. Dan... What??? tidak ada petugas di sana? ruang itu kosong. Lagi-lagi kau sendiri yang harus mencari petugasnya.
Ingat, ini bukan tempat untuk cengeng!

Ok, anggap saja kau sudah ditolong. Perban melekat erat. Rasa perih perlahan surut. Kau bisa sms pacarmu, kasih tahu kalau kau sedang baik-baik saja, katakan padanya bahwa dia tak perlu kaget dan cemas, dan kau jatuh dari motor dengan sangat indah dan mengagumkan kerennya. Dan jangan lupa sertakan emoticon senyum riang yang padahal senyum perih dalam arti sebenarnya. Dan jangan lupa kabari keluargamu, eits, tunggu dulu,  jangan kau kabari bahwa kau kecelakaan. Itu akan mengacaukan perasaan dan pikiran mereka. Katakan saja kau sedang dalam keadaan baik-baik saja dan sedang mampir istirahat di suatu tempat. Kenapa? Masih mau cengeng?

Hai, Guys! Ada kabar buruk. Kau baru teringat bahwa hari ini kau harus menyerahkan berkas pekerjaanmu ke atasan atau kau akan dipecat. Bukan soal nurani atau apa. Atasan di kantormu sih pasti bisa memahami, tapi atasan di kantor pusat apa pernah bisa menerima segala bentuk alasan? Alasan hanya tinggal alasan. Dan lagi-lagi kau tak akan sempat untuk cengeng!

Ok, tantangan berikutnya adalah kau harus sampai kantormu sebelum jam tertentu. Anggap saja waktumu tinggal 2 Jam. Itu adalah waktu yang bisa saja kau tempuh dengan sangat mudah jika kau dalam keadaan sehat, 80km/jam dipotong macet dan lampu merah. Lha sekarang kan kamu sedang sakit to ngger?? Terima tantangan atau kau akan kembali pulang ke pelukan ibumu dan tak pernah kembali lagi ke kantor itu untuk selama-lamanya. Ingat, selama-lamanya!

Hahahahaha, rupanya kau nekat memacu motormu setelah kau mampir bengkel, membenahi ala kadarnya dulu karena kau dikejar waktu. Perban kini melambai-lambai, siku sulit ditekuk maka luka tak sempat dibelai. Debu polusi mengancam lukamu yang bisa saja terinfeksi. Celana robek kau anggap sebagi hal yang seksi. Oh Shit, dan terus mengumpat sambil bertaubat.. Astagfirullah......

Selamat Guys, kau selesaikan tantangan itu. Kini kau bisa tidur nyenyak di kost yang berjarak kurang lebih 183km dari rumahmu, dari pacarmu. Kau akan melakukan apapun sendirian selama seminggu. Sayangilah lukamu sebab tak mungkin ada yang akan memperhatikanmu. Hahahahah. Dan yakinlah sikap cengeng tak akan mendatangkan secara tiba-tiba pintu ajaib doraemon hingga kau dengan mudah dapat berhambur ke pelukan keluarga dan pacarmu. 

Rembang, 5 April 2010










Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More