26 Mei 2009

nasi goreng yang lapar itu bernama puisi

-iyung

iyung, jangan jadi penyair!
agar nasinasimu tak tumpah dalam piringku
atau perempuanmu menari di atas penggorengan

iyung, jangan jadi lapar!
agar sajaksajakku tetap teraduk dalam mimpi asingmu
atau perempuanku menyanyikan pengorengan ketika tenda warung itu terbongkar

iyung, mari kita rebah!
setelah malam yang basah dan sajaksajak yang gosong

25 Mei 2009

Catatan:
Untuk Iyung yang ingin jadi guru. Ketika kubilang penyair itu guru sejuta umat, ia lebih memilih nasi goreng yang gelap. Ia berencana kembali ke warung itu lain kali dan mendengarkan sajak-sajak gosong atau beberapa malam wangi yang menggodanya. Ah, ia masih sangat muda. Pikirkan saja tentang sepak bola biar bapakmu tetap mengakui kau adalah anaknya!

0 komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR DI BLOG INI. APA YANG ANDA PIKIRKAN SOAL TULISAN SAYA TADI?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More