9 Jun 2009

Teliti Bahasa: Menengok Bahasa Iklan Teater Cermin Surakarta

Judul "Teliti Bahasa" di atas adalah salah satu rubrik dari buletin sastra Ben! (Jogja) yang kini sudah tak terbit lagi. Rubrik ’teliti bahasa’ dalam buletin pimpinan Muram Batu tersebut membicarakan persoalan kesalahan persepsi tentang penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat. Pentas teater Cermin Surakarta (8/6) di Teater Arena TBJT kemarin mengingatkan saya pada rubrik ’teliti bahasa’ tersebut.

Teater Cermin mengangkat naskah yang berjudul Tjitra karya Usmar Ismail dan disutradara oleh Zaenal Huda. Dalam tulisan ini saya tak akan membahas bagaimana pertunjukan itu berlangsung, atau mengkritisi soal penyutradaraan, artistik dan segala macam tetek bengek lain soal ’lakon’, karena memang saya tak berkapasitas untuk itu.

Seperti yang saya bilang sejak awal, saya teringat rubrik teliti bahasa. Sebelum masuk ruang pementasan, saya berniat membeli tiket PERTUNJUKAN tapi ternyata saya menerima KARTJIS PERTOENJOEKAN yang jika dibaca dengan ejaan yang disempurnakan akan menjadi KARCIS PERTUNYUKAN. Saya agak terganggu dengan tulisan tersebut.

Mungkin teater Cermin ingin melakukan sugesti kepada penonton bahkan sebelum pementasan berlangsung dengan cara mempublikasikan tema pertunjukan tersebut, yakni pertunjukan klasik (saya tak menyebut tahun di sini, hanya klasik). Tapi apa yang terjadi? Riset sejarah yang kurang akan menyebabkan tema tersebut menjadi ASAL KLASIK.

Penggunaan huruf ’J’ pada kata PERTOENJOEKAN adalah salah satu contoh kecerobohan. ’J’ yang seharusnya ’DJ’ apakah suatu kesalahan tangan semacam kesalahan mengetik ’makan’ menjadi ’maan’? Kalau memang kesalahan tangan kenapa harus terjadi juga pada kata ’JOENI’ (tanggal dan bulan pada tiket) yang jika dibaca dengan ejaan yang disempurnakan akan menjadi ’YUNI’.

Gambar tiket masuk pementasan Tjitra oleh Teater Cermin Solo

Setahu saya, huruf ’oe’ berganti menjadi ’u’ terjadi lebih awal sebelum huruf ’dj’ menjadi ’j’ (coba tengok merek rokok ’djarum’). Sedangkan pada KARTJIS PERTOENJOEKAN masih menggunakan huruf ’oe’. Tentu saja seharusnya ’j’ juga masih ’dj’.
Mungkin perlu juga suatu riset dilakukan unutk bermain-main soal sejarah. Atau mungkin saya yang salah. Tabik!

GUSMEL RIYADH

4 komentar:

asik nie beritane.. lam kenal aja dari anggota KFC baru

Ok

kunjungan dadakan...

tingkatkan terus.. lanjutkan !!!!!

bukannya itu memang KARCIS PERTUNYUKAN??? emangnya pentas Cermin kemaren itu PERTUNJUKAN?? he3... peace yo..

bukannya itu memang KARCIS PERTUNYUKAN??? emangnya pentas Cermin kemaren itu PERTUNJUKAN?? he3... peace yo..

Posting Komentar

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR DI BLOG INI. APA YANG ANDA PIKIRKAN SOAL TULISAN SAYA TADI?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More